Halo teman-teman, saya
adalah seorang Juventini, saya sudah menjadi Juventini kecil, waktu itu saya
berada dikelas 6 SD, dan pemain Idola saya waktu itu adalah Peruzzi karena saya
dulu adalah kiper, selain Peruzzi siapa lagi kalau bukan Del Piero, waktu itu
memang kebanyakan orang mengenal Juventus lewat pemainnya yaitu Del Piero, Del
Piero adalah Juventus.
Nah sebagai Juventini tentu
selalu saya membela Juventus, dan sejak 2006 saya selalu menerima cacian dari
fans Inter baik dari teman ataupun orang yang tidak saya kenal dengan cacian “Calciopoli”,
sejalan dengan itu, saya membaca artikel berjudul “Babak Akhir Calciopoli :
Kebenaran Yang Terungkap” yang ditulis oleh saudara Edy Gunawan dari
Signora1897.com yang menemukan fakta bahwa sebenarnya pada tahun 2006 bukanlah
Juventus yang harusnya dihukum, tetapi Inter Milan-lah yang harusnya bersalah,
namun lewat konspirasinya, mereka berhasil menjatuhkan Juventus, berikut
kutipan dari artikel tersebut.
“Skandal Calciopoli dimulai saat Gazetta dello Sport memuat transkrip
pembicaraan antara Luciano Moggi dengan beberapa pihak dari komisi wasit.
Gazetta dello Sport sendiri dimiliki oleh seorang Internisti bernama Carlo
Buora yang kebetulan adalah Wakil Presiden Inter. Pembicaraan Moggi yang juga
dilakukan beberapa petinggi klub lain seperti Milan, Fiorentina dan Lazio ini
sebenarnya telah terjadi dua tahun sebelum calciopoli (2004). Namun setelah
dikirim ke pengadilan di Turin, Roma dan Naples disimpulkan bahwa tidak
ditemukan bukti yang cukup. Plan A Moratti gagal dan dilanjutkan ke Plan B yang
melibatkan media, yaitu menyerahkan transkrip ke Gazetta melalui Carlos Buora.
Dengan dimuatnya transkrip tersebut, perhatian dan desakan publik semain
menjadi-jadi (di Indonesia kurang lebih kondisinya seperti saat Mahfud MD
memutar rekaman pembicaraan Anggodo Wijaya di Mahkamah Konstitusi beberapa
tahun lalu).
Dengan semakin gencarnya pemberitaan di media, FIGC pun terpaksa membuka
penyelidikan, Galliani yang saat itu menjabat sebagai presiden FIGC dituntut
untuk mundur karena ditakutkan akan terjadi “conflict of interest” karena Milan
juga terlibat dalam kasus tersebut. Selanjutnya Guido Rossi mengambil alih
kepemimpinan FIGC untuk penyelidikan calciopoli. Siapakah Guido Rossi? Selain
pernah menyatakan bahwa ia adalah seorang internisti, ia juga adalah salah satu
pemegang saham di Inter, teman dekat Moratti serta mantan direktur Inter
(1995-1999). Selanjutnya diketahui bahwa setelah mendregadasikan Juventus ke
serie B, Guido Rossi mengundurkan diri dari FIGC dan kemudian menjabat sebagai
Presiden TIM (Telecom Italia), perusahaan yang telah menyediakan bukti
penyadapan yang melibatkan Moggi dan lain-lain.
Di jajaran dewan direksi TIM inilah terdapat nama-nama seperti Moratti,
Carlo Buora (pemilik Gazetta) serta Provera yang kebetulan adalah pemilik dari
Pirelli (perusahaan yang memiliki TIM dan sponsor di jersey Inter). Hebatnya
lagi, Provera adalah pemegang saham terbesar kedua di Inter Milan.
Sederhananya, Telecom Italia, Gazetta dan Inter Milan semua dimiliki oleh orang-orang
yang sama. Mungkinkah TIM memberikan rekaman pembicaraan yang memberatkan Inter?
Tentu tidak. Tidak aneh jika pada akhirnya, Inter dapat melenggang bersih
seolah-olah mereka adalah malaikat. Sedangkan tim-tim lain terutama Juventus
harus menanggung sesuatu yang sebenarnya sama sekali tidak pernah dilakukan.
Fakta bahwa Inter dihadiahi gelar scudetto 2005-2006 dari la’grande Juve
meskipun musim itu tidak ada hubungannya dengan bukti-bukti calciopoli (rekaman
terjadi tahun 2004) menunjukkan bahwa calciopoli ini sungguh adalah sebuah
konspirasi besar. Konspirasi yang tujuan utamanya adalah melenyapkan
penghalang–penghalang inter menuju kesuksesan.
Pada kasus calciopoli 2 ini Luciano Moggi berhasil menemukan bukti bahwa
Facchetti/Inter juga melakukan percakapan dengan komisi wasit (Bergamo). Bahan
pembicaraan mereka bahkan jauh lebih Vulgar dibandingkan dengan tim manapun.
Moggi ingin membuktikan bahwa semua yang dia lakukan selama menjabat sebagai
petinggi Juve juga dilakukan oleh tim manapun di serie A (termasuk Merda). Dua
opsi yang diajukan oleh tim pembela Moggi adalah apakah apakah semuanya
bersalah (artinya Inter yang belum dihukum harus menerima hukuman yang
setimpal) atau semuanya benar (artinya Juventus bahkan Moggi telah dihukum atas
kejahatan yang sebenarnya tidak pernah dilakukan).
Singkat kata, FIGC menunjuk seorang penyidik yang bernama Stefano
Palazzi untuk merangkum semua bukti yang muncul di persidangan calciopoli2 ini.
Butuh waktu kurang lebih 1 tahun untuk Palazzi akhirnya mengeluarkan kesimpulan
yang sangat mengejutkan. Sebagai catatan persidangan Calciopoli pada tahun 2006
hanya memakan waktu 3 minggu untuk merampok 2 scudetto Juventus serta
mendegradasikan La Vecchia Signora ke Serie B. Berikut hasil penyelidikan
Palazzi :
Mempertegas bahwa Juventus tidak didegradasi atas / akibat melakukan
pelanggaran Article6 (Melakukan usaha mengubah posisi di klasemen melalui
pengaturan score / match fixing) karena memang TIDAK PERNAH TERBUKTI. Juventus
hanya terbukti melakukan pelanggaran Article1 (Tindakan tidak sportif, ex :
Berhubungan dengan komisi wasit). Pelanggaran atas Article1 biasanya dijatuhi
sanksi denda atau maksimal pengurangan 1-3 point di klasemen. Sedangkan
pelanggaran untuk Article6 akan dikenai sanksi berat berupa DEGRADASI.
Berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan oleh Palazzi selama
berlangsungnya persidangan di Napoli, Juventus bersama dengan beberapa
pihak/tim lain terbukti melakukan pelanggaran Article 1. Beberapa tim lain
tersebut adalah Cellino (Cagliari), Campedelli (Chievo), Foschi (Palermo),
Gasparin (Vicenza), Governato (Brescia), Corsi (Empoli), Spalletti (Udinese,
coach), Foti (Reggina), MORATTI (INTER) dan Meani (Milan).
Palazzi juga menemukan adanya pihak/tim lain yang terbukti melakukan
pelanggaran Article6, yaitu : Spinelli (Livorno), FACCHETTI (INTER) dan Meani
(Milan).
Berdasarkan pernyataan dari Palazzi tersebut, Juventus pada 2006
sebenarnya hanya melakukan pelanggaran Article1 namun melalui pengadilan super
cepat dan penuh rekayasa dijatuhi hukuman degradasi yang sebenarnya merupakan
hukuman untuk pelanggaran Article6 yang dilakukan inter. Singkat kata, si Raja
divonis bersalah sementara si maling melenggang pergi begitu saja.” (EdyGunawan, Signora1897.com)
Sayang sekali hasil sidang kasus ini
pada tanggal 18 Juli 2011 tidak menguntungkan Juventus, padahal bukti-bukti
yang sudah ditemukan sangat memberatkan Inter, hanya saja FIGC berdalih kasus
tersebut sudah kadaluwarsa karena sudah lewat 5 tahun, sehingga Inter terlepas
dari hukumannya, jika saja kasus tersebut tidak dinyatakan kadaluarsa oleh FIGC
mungkin sekarang Inter akan bermain di seri C dan para fansnya yang abal-abal
akan sangat malu dan beralih mendukung klub lain, semoga informasi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya para Juventini.
sumber bro jangan hanya ungkapan dari anda saja
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusliat aja sumbernya berasal dari signora1897 y jelas bela juve lah.coba cari sumber yg netral seperti kompas,detik,atau yg lain.makasih
BalasHapusmemang sumbernya signora 1897,tp baca donk isinya????
BalasHapusjaksanya sapa??asal bacot aja lo....
g usah diperpanjang bro, mendingan ky situs juventusfc aja, kasih link percakapan inter merda (fachetti), bahasa itali si, tp fans inter di indonesia mana mau ngerti yg begono, cuma di indonesia aja fans inter ngolok2 calciopoli. coba deh wahai fans inter, lo ngerasa juara g tahun 2005/2006?
BalasHapus