Minggu, 15 Juli 2012

Calciopoli 2006, Juventus tidak seharusnya didegradasi, tetapi Inter Milan

Halo teman-teman, saya adalah seorang Juventini, saya sudah menjadi Juventini kecil, waktu itu saya berada dikelas 6 SD, dan pemain Idola saya waktu itu adalah Peruzzi karena saya dulu adalah kiper, selain Peruzzi siapa lagi kalau bukan Del Piero, waktu itu memang kebanyakan orang mengenal Juventus lewat pemainnya yaitu Del Piero, Del Piero adalah Juventus.
Nah sebagai Juventini tentu selalu saya membela Juventus, dan sejak 2006 saya selalu menerima cacian dari fans Inter baik dari teman ataupun orang yang tidak saya kenal dengan cacian “Calciopoli”, sejalan dengan itu, saya membaca artikel berjudul “Babak Akhir Calciopoli : Kebenaran Yang Terungkap” yang ditulis oleh saudara Edy Gunawan dari Signora1897.com yang menemukan fakta bahwa sebenarnya pada tahun 2006 bukanlah Juventus yang harusnya dihukum, tetapi Inter Milan-lah yang harusnya bersalah, namun lewat konspirasinya, mereka berhasil menjatuhkan Juventus, berikut kutipan dari artikel tersebut.

“Skandal Calciopoli dimulai saat Gazetta dello Sport memuat transkrip pembicaraan antara Luciano Moggi dengan beberapa pihak dari komisi wasit. Gazetta dello Sport sendiri dimiliki oleh seorang Internisti bernama Carlo Buora yang kebetulan adalah Wakil Presiden Inter. Pembicaraan Moggi yang juga dilakukan beberapa petinggi klub lain seperti Milan, Fiorentina dan Lazio ini sebenarnya telah terjadi dua tahun sebelum calciopoli (2004). Namun setelah dikirim ke pengadilan di Turin, Roma dan Naples disimpulkan bahwa tidak ditemukan bukti yang cukup. Plan A Moratti gagal dan dilanjutkan ke Plan B yang melibatkan media, yaitu menyerahkan transkrip ke Gazetta melalui Carlos Buora. Dengan dimuatnya transkrip tersebut, perhatian dan desakan publik semain menjadi-jadi (di Indonesia kurang lebih kondisinya seperti saat Mahfud MD memutar rekaman pembicaraan Anggodo Wijaya di Mahkamah Konstitusi beberapa tahun lalu).
Dengan semakin gencarnya pemberitaan di media, FIGC pun terpaksa membuka penyelidikan, Galliani yang saat itu menjabat sebagai presiden FIGC dituntut untuk mundur karena ditakutkan akan terjadi “conflict of interest” karena Milan juga terlibat dalam kasus tersebut. Selanjutnya Guido Rossi mengambil alih kepemimpinan FIGC untuk penyelidikan calciopoli. Siapakah Guido Rossi? Selain pernah menyatakan bahwa ia adalah seorang internisti, ia juga adalah salah satu pemegang saham di Inter, teman dekat Moratti serta mantan direktur Inter (1995-1999). Selanjutnya diketahui bahwa setelah mendregadasikan Juventus ke serie B, Guido Rossi mengundurkan diri dari FIGC dan kemudian menjabat sebagai Presiden TIM (Telecom Italia), perusahaan yang telah menyediakan bukti penyadapan yang melibatkan Moggi dan lain-lain.
Di jajaran dewan direksi TIM inilah terdapat nama-nama seperti Moratti, Carlo Buora (pemilik Gazetta) serta Provera yang kebetulan adalah pemilik dari Pirelli (perusahaan yang memiliki TIM dan sponsor di jersey Inter). Hebatnya lagi, Provera adalah pemegang saham terbesar kedua di Inter Milan. Sederhananya, Telecom Italia, Gazetta dan Inter Milan semua dimiliki oleh orang-orang yang sama. Mungkinkah TIM memberikan rekaman pembicaraan yang memberatkan Inter? Tentu tidak. Tidak aneh jika pada akhirnya, Inter dapat melenggang bersih seolah-olah mereka adalah malaikat. Sedangkan tim-tim lain terutama Juventus harus menanggung sesuatu yang sebenarnya sama sekali tidak pernah dilakukan. Fakta bahwa Inter dihadiahi gelar scudetto 2005-2006 dari la’grande Juve meskipun musim itu tidak ada hubungannya dengan bukti-bukti calciopoli (rekaman terjadi tahun 2004) menunjukkan bahwa calciopoli ini sungguh adalah sebuah konspirasi besar. Konspirasi yang tujuan utamanya adalah melenyapkan penghalang–penghalang inter menuju kesuksesan.
Pada kasus calciopoli 2 ini Luciano Moggi berhasil menemukan bukti bahwa Facchetti/Inter juga melakukan percakapan dengan komisi wasit (Bergamo). Bahan pembicaraan mereka bahkan jauh lebih Vulgar dibandingkan dengan tim manapun. Moggi ingin membuktikan bahwa semua yang dia lakukan selama menjabat sebagai petinggi Juve juga dilakukan oleh tim manapun di serie A (termasuk Merda). Dua opsi yang diajukan oleh tim pembela Moggi adalah apakah apakah semuanya bersalah (artinya Inter yang belum dihukum harus menerima hukuman yang setimpal) atau semuanya benar (artinya Juventus bahkan Moggi telah dihukum atas kejahatan yang sebenarnya tidak pernah dilakukan).
Singkat kata, FIGC menunjuk seorang penyidik yang bernama Stefano Palazzi untuk merangkum semua bukti yang muncul di persidangan calciopoli2 ini. Butuh waktu kurang lebih 1 tahun untuk Palazzi akhirnya mengeluarkan kesimpulan yang sangat mengejutkan. Sebagai catatan persidangan Calciopoli pada tahun 2006 hanya memakan waktu 3 minggu untuk merampok 2 scudetto Juventus serta mendegradasikan La Vecchia Signora ke Serie B. Berikut hasil penyelidikan Palazzi :
Mempertegas bahwa Juventus tidak didegradasi atas / akibat melakukan pelanggaran Article6 (Melakukan usaha mengubah posisi di klasemen melalui pengaturan score / match fixing) karena memang TIDAK PERNAH TERBUKTI. Juventus hanya terbukti melakukan pelanggaran Article1 (Tindakan tidak sportif, ex : Berhubungan dengan komisi wasit). Pelanggaran atas Article1 biasanya dijatuhi sanksi denda atau maksimal pengurangan 1-3 point di klasemen. Sedangkan pelanggaran untuk Article6 akan dikenai sanksi berat berupa DEGRADASI.
Berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan oleh Palazzi selama berlangsungnya persidangan di Napoli, Juventus bersama dengan beberapa pihak/tim lain terbukti melakukan pelanggaran Article 1. Beberapa tim lain tersebut adalah Cellino (Cagliari), Campedelli (Chievo), Foschi (Palermo), Gasparin (Vicenza), Governato (Brescia), Corsi (Empoli), Spalletti (Udinese, coach), Foti (Reggina), MORATTI (INTER) dan Meani (Milan).
Palazzi juga menemukan adanya pihak/tim lain yang terbukti melakukan pelanggaran Article6, yaitu : Spinelli (Livorno), FACCHETTI (INTER) dan Meani (Milan).
Berdasarkan pernyataan dari Palazzi tersebut, Juventus pada 2006 sebenarnya hanya melakukan pelanggaran Article1 namun melalui pengadilan super cepat dan penuh rekayasa dijatuhi hukuman degradasi yang sebenarnya merupakan hukuman untuk pelanggaran Article6 yang dilakukan inter. Singkat kata, si Raja divonis bersalah sementara si maling melenggang pergi begitu saja.” (EdyGunawan, Signora1897.com)

Sayang sekali hasil sidang kasus ini pada tanggal 18 Juli 2011 tidak menguntungkan Juventus, padahal bukti-bukti yang sudah ditemukan sangat memberatkan Inter, hanya saja FIGC berdalih kasus tersebut sudah kadaluwarsa karena sudah lewat 5 tahun, sehingga Inter terlepas dari hukumannya, jika saja kasus tersebut tidak dinyatakan kadaluarsa oleh FIGC mungkin sekarang Inter akan bermain di seri C dan para fansnya yang abal-abal akan sangat malu dan beralih mendukung klub lain, semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya para Juventini.

5 komentar:

  1. sumber bro jangan hanya ungkapan dari anda saja

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. liat aja sumbernya berasal dari signora1897 y jelas bela juve lah.coba cari sumber yg netral seperti kompas,detik,atau yg lain.makasih

    BalasHapus
  4. memang sumbernya signora 1897,tp baca donk isinya????
    jaksanya sapa??asal bacot aja lo....

    BalasHapus
  5. g usah diperpanjang bro, mendingan ky situs juventusfc aja, kasih link percakapan inter merda (fachetti), bahasa itali si, tp fans inter di indonesia mana mau ngerti yg begono, cuma di indonesia aja fans inter ngolok2 calciopoli. coba deh wahai fans inter, lo ngerasa juara g tahun 2005/2006?

    BalasHapus