Banjar, 10 Agustus 2010, pukul 02.18
WITA, malam ini aku susah sekali memejamkan mataku, bukan karena suara bising
pekerjaan tukang rumahku yang bekerja sampai subuh, tetapi karena memikirkan
mereka, mereka adalah tiga orang super menurutku, yaitu aini, amang usit, dan
uin. Demi mencari nafkah mereka berkerja siang malam, dihari sebelumnya setelah
sholat subuh, aku memejamkan mataku untuk menikmati tidurku, kemudian aku
terbangun pukul 09.00 pagi, ternyata mereka sudah bekerja untuk membangun
rumahku sampai sore hari pukul 17.00, kemudian pukul 19.30 mereka kembali
bekerja sampai pukul 04.30, sungguh luar biasa, mereka bekerja dengan tekun,
hatiku terenyuh.
Perasaanku semakin tak enak setelah
batuk amang usit tidak henti-hentinya, aku berpendapat pasti beliau sedang
sakit, namun tetap bekerja, aku berniat ingin membelikan beliau obat batuk
“muchos” karena obat ini lebih baik daripada yang lain dan merupakan anjuran
dokter ayahku, aku juga mendengar suara nafas aini tersengal-sengal, bukan karena
kelelahan tetapi hawa dingin yang menusuk tubuhnya membuat dadanya terasa
sesak, nafasnya seperti penderita asma, aku tidak tahu obat apa yang cocok
untuknya, mungkin aku beri dia obat yang sama dengan amang usit, entah kenapa
aku semakin jatuh dalam lamunanku tentang mereka, aku merasa bersyukur karena
tidak harus bekerja siang malam seperti mereka, aku merasa dunia tidak adil,
kenapa orang seperti mereka harus sedemikian berat bekerja, aku memang bukan
siapa-siapa, namun hatiku terus menginginkan aku ingin membantu mereka, aku
ingin membantu orang-orang yang kesusahan, walaupun sekarang aku masih numpang
hidup dengan orang tuaku, tapi aku bercita-cita jika aku punya rezeki lebih,
punya pekerjaan yang layak, aku ingin bersedekah sebanyak-banyaknya kepada
orang yang pantas mendapatkannya, aku berfikir jika aku menjadi orang besar
pasti akan mudah membantu mereka, tapi aku tidak punya semua itu, aku hanya
orang kecil, belum punya pekerjaan, hanya saja nasibku lebih untung dari
mereka, aku bingung dengan diriku sendiri, aku mempunyai niat untuk membantu
sesama, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa, aku berfikir jika aku jadi
presiden aku akan membantu semua orang miskin untuk hidup layak, punya
pendidikan agar mampu mandiri, entah kenapa aku terus berkhayal, jariku tak
henti mengetik huruf-huruf di keyboard laptop ku, aku termenung memikirkan hal
itu, aku punya ilmu, aku seorang sarjana, tetapi aku tidak bisa berbuat sesuatu
untuk mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar