Minggu, 03 April 2011

PKL Mahasiswa Sejarah FKIP Unlam ke Paramasan Atas


Paramasan Atas adalah sebuah desa yang berada di perbatasan Kabupaten Banjar dengan Kabupaten Tanah Bumbu yang kaya akan bahan tambang serta emas yang menyimpan suatu keindahan tersendiri bagi kita semua, melalui jalan setapak yang sangat sulit untuk mencapainya membuat kita merasa lebih dewasa untuk berpikir dimana dalam perjalanan tersebut kita banyak belajar tentang hal-hal baru dari alam Kalimantan.
Sebuah perjalanan panjang dilakukan untuk mencapai desa tersebut, melalui beberapa desa dan sempat bermalam disana, kami mendapatkan pengalaman baru dan gambaran tentang keindahan alam, dimana untuk pertama kalinya kita berjalan diatas bukit yang tinggi dengan berdampingan awan putih disampingnya. Sepanjang jalan tersebut terdengar keluh kesah teman-teman yang meringis kesakitan ataupun didera kelelahan, namun hal itu malah membuat kami semakin sadar bahwa manusia tidak akan mampu bertahan hidup di alam tanpa bantuan dari kawan-kawannya.
Terlihat beberapa kawan laki-laki sedang menuntun kawan yang perempuan yang diselingi oleh canda dan tawa bahkan rasa jengkel terhadap kawan perempuan karena terlalu manja, tetapi rasa jengkel itu berhasil dikalahkan oleh rasa persaudaraan yang tinggi dan penuh semangat sehingga tetap menemani kawan yang perempuan sampai di tujuan. Banyak gelak tawa yang mengumandang disaat salah satu dari mereka terjatuh dikarenakan jalan yang licin, ada pula yang terguling dari atas ke bawah karena bawaan yang dibawa terlampau berat, bahkan ada yang terhuyung-huyung meringis kesakitan dikarenakan kakinya tersandung batu besar, namun hal itu tetap tidak mampu untuk mengurangi rasa persaudaraan mereka bahkan lebih mengakrabkan mereka satu sama lain.
Bahkan dalam suasana malam yang beratapkan langit biru penuh dengan bintang, tetap saja hadir tawa canda diantara kawan-kawan kita, saat malam sudah mencapai pertengahan muncul rasa takut yang mencekam yang serasa merasuk kedalam tulang mereka, meraka pun menjadi kalut bahkan saat itu dibarengi dengan gelap yang membawa hawa dingin, alhasil demi menghilangkan hawa dingin dan gelap salah seorang kawan membakar pakaiannya untuk dijadikan api unggun, tawa pun kembali berdecak ketika tidak terasa sang fajar mulai menampakkan sinarnya di ufuk timur pertanda hari baru yang lebih baik telah muncul.
Dilatari dengan pemandangan alam yang sangat indah, kabut dikala pagi dan matahari yang menjulang tinggi di singgasananya, rombongan kami yang baru belajar dari alam akhirnya sampai di tujuan, yaitu Balai Niwak dengan penyambutan yang sangat ramah dari warga sekitar, kami dikejutkan oleh pemandangan disamping balai tersebut yang memukau, dimana terdapat aliran air yang sangat deras dan indah yang tidak pernah kami temukan di kota, tanpa dikomando kami langsung menceburkan diri untuk melepas lelah dan membersihkan badan yang terasa sangat lekat dengan peluh. Setelah selesai beraksi di sungai, kami merebahkan diri di dalam balai, menyantap sisa makanan yang tersisa dari perjalanan. Tanpa terasa kami terlelap dalam buaian tikar purun yang menjadi alas tempat kami merebahkan diri.
Siang harinya rombongan teman kami yang lain akhirnya sampai dibalai, dengan tergopoh-gopoh kami menyiapkan makanan untuk mereka sesaat setelah mereka sampai di balai, tawa riang kembali membahana ketika mereka menceritakan pengalaman mereka bermalam ditengah hutan, tawa itupun akhirnya berhenti ketika dosen kami menginstruksikan untuk melakukan tugas utama kami yaitu mempelajari tata kehidupan dibalai tersebut dan bertanya kepada tokoh masyarakat apabila terdapat hal yang tidak dimengerti.
Tanpa terasa matahari pun digantikan oleh bulan untuk berjaga, malam itupun rasa persaudaraan semakin terasa dimana laki-laki dan perempuan membaur, dan di pagi harinya kami mempersiapkan diri untuk kembali, sebelum kami bertolak untuk pulang kami diberikan cinderamata khas desa tersebut, dan perjalanan pulang pun akhirnya dimulai dengan menempuh rute yang sama seperti perjalanan pertama. Akhirnya tibalah kami ditempat tujuan dimana kami diharuskan untuk menunggu mobil jemputan, setelah mobil jemputan datang kami bertolak menuju Banjarmasin, dengan suara yang lantang kami berkata ; tunggulah Banjarmasin! kami datang untuk menceritakan pengalaman baru kami.

2 komentar:

  1. tu laen ambo yat ae,,
    btw,, dipotong, jadi nice getho tampilannya..
    :p

    BalasHapus
  2. iya, maksudnya itu diambil dari kamera ente, tu sampeyan yang foto, makanya ane minta izin ngambil fotonya, hehe, itu aku minta dari file foto-foto kam dulu getooo, hehe

    BalasHapus